WELCOM TO MY BLOG

WELCOME TO MY BLOG
Powered By Blogger

Sabtu, 26 Februari 2011

Taktik Haram (Negative Football)

Tim-tim sepakbola yang mempunyai ciri-ciri menyerang mungkin menyetujui judul yang ada di atas seperti Brazil, Belanda, dan Spanyol yang merupakan kultur sepakbolnya menyerang. Tim-tim di atas harus menerima kekalahan dengan taktik ini dengan cara yang menyakitkan, ini dikarenakan Catenacio menerapkan taktik pertahanan grendel yang anti bagi tim-tim berkultur menyerang dan harus menerima kekalahan dengan cara yang menyakitkan Sejarah

Catenaccio sebenarnya dipengaruhi oleh verrou atau rantai, sistem yang diperankan oleh pelatih Austria Karl Rappen. Sebagai pelatih Swiss, Karl memainkan posisi defensive sweper yang disebut juga verrouilleur, yang posisinya adalah sebagai seorang bek yang berdiri tidak sejajar dengan bek lainnya atau tepatnya sedikit berada di dekat depan kiper. Rappan sendiri awal menciptakan taktik ini sewaktu melatih klub asal Swiss, Servette pada tahun 1932 yang memainkan 4 bek dengan sistem man-to-man marking, ditambah seorang playmaker di lapangan tengah dan dua pemain sayap.

Lalu mengapa Catenaccio selalu identik dengan negara Italia? Nereo Rocco  lah orangnya yang mengembangkan sistem ini, taktik Rocco sering disebut sebagai realnya Catenaccio yang ditunjukkan pertama kali pada tahun 1947 dengan Triestina : formasi yang paling terkenal pada saat itu adalah 1-3-3-3 dengan taktik yang benar-benar defensive. Dengan taktik tersebut Triestina duduk di posisi kedua dan banyak mengejutkan pengamat sepakbola pada saat itu. Selain dengan 1-3-3-3, 1-4-4-1 dan 1-4-3-2 menjadi andalan dari Nereo Rocco.
Setelah era Rocco berakhir, pada tahun 1960-an pelatih yang berasal dari Argentina Helenio Herrera benar-benar memanfaatkan taktik ini. Intermilan yang dilatih oleh Helenio dibuatnya menjadi tim yang sangat ditakuti dan disegani oleh tim-tim yag mereka lawan sehinggan Inter dijuluki sebagai El Grande Inter atau Inter yang besar. Prestasi yang diraih antara lain beberapa Scudetti, dua gelar Liga Champion, dan dua gelar Interlontinental pada saat itu.
Catenaccio sendiri memperkenalkan sebuah posisi yang cuku kontroversial yang bernama Libero atau Swepper yang memainkan posisi di belakang 3 bek sejajar yang telah kita sebutkan di atas. Selain sebagai pemain bertahan, Swepper juga berperan besar sebagai kunci dari Counter Attack sebuah tim ketika bertanding. Pemain yang paling terkenal di posisi ini adalah Frans Backenbauer.
Di zaman Hererra sendiri, 4 bek akan menjaga dengan ketat para penyerang yang ingin mencoba menyerang lewat berbagai sisi sementara itu sweeper akan mencari celah untuk mendapatkan bola yang hilang atau bebas akibat sudah terkover oleh 4 bek tersebut dan akan mencoba melakukan counter atack dengan bola yang hilang tersebut.
Catenaccio saat ini
Di zaman sepakbola modern saat ini, Catenaccio masih dimainkan oleh beberapa tim, termasuk oleh Italia. Contohnya saja sewaktu Italia berada di Piala Eropa 2000. Mereka dilatih oleh Dino Zoff, seorang kiper legendaris yang sudah tentunya mengerti bagaimana cara bertahan dengan taktik ini. Hasilnya Italia meraih posisi runner-up yang dikalahkan oleh Perancis dengan skor 1-2 oleh gol emas Trezeguet.
Setelah kejadian di Eropa 2000 3 klub Italia, yaitu Ac Milan, Juventus, dan Intermilan mendemokan taktik ini di musin 2002/2003 di Liga Champion. Intermilan mendemokan taktik ini saat melawan Valencia di perempatfinal leg kedua Liga Champion yang bermain di stadion Mestalla, kandang Valencia saat itu. Inter sendiri harus kalah 1-2, namun Inter bisa lolos ke semifinal dengan skor agregat selisih gol setelah di pertemuan pertama menang dengan skor 1-0. Tidak hanya Inter, Juvetus juga tidak kalah heroik dengan mengalahkan Barcelona 2-1 di kandang Barcelona pada saat itu dengan counter attack lewat Pavel Nedved setelah diserang abis-abisan oleh Barcelona. Sedangkan Milan sendiri tidak harus bersusah payah, karena Milan berhadapan dengan Ajax lewat agregat skor 4-3 lewat gol injury time Inzaghi.
Taktik ini sendiri tidak akan lekang oleh zaman karena setiap tim pasti perlu sebuah taktik pertahanan yang solid dan kuat. Memang pertahanan baik adalah menyerang, namun apabila tidak diimbangi dengan sistem benteng pertahanan yang kokoh, gol-gol yang ada akan percuma karena akan dibalas dengan mudah oleh tim lawan.

Jayanya 4-2-3-1 Dan Matinya 4-4-2

Piala Dunia 2010 memunculkan fenomena baru dalam sepak bola. Skema 4-2-3-1 kini menjadi raja dan mematikan formasi konvensional 4-4-2.
Selama putaran final turnamen ini, formasi lima pemain tengah menjadi pilihan banyak tim di fase gugur. Setidaknya tiga dari empat semifinalis memakai skema tersebut. Taktik ini bisa sangat lentur karena sewaktu-waktu bisa berubah menjadi 4-5-1 untuk meredam lawan, tapi juga bisa berubah menjadi 4-3-3 untuk menyuntikkan serangan.
Kecenderungan menggunakan dua gelandang bertahan tersebut sedikit banyak terinspirasi oleh kekuatan Inter Milan musim lalu. Inter menjadi jawara Eropa dengan memainkan Thiago Motta dan Esteban Cambiasso sebagai gelandang jangkar yang berperan merusak permainan lawan. Demi taktik ini, Pelatih Jose Mourinho rela mengubah striker Samuel Eto’o menjadi winger yang kadang menjelajah sampai ke belakang.
Setidaknya ada tiga tim yang memakai formasi 4-2-3-1 ini di semifinal kali ini. Contoh paling nyata adalah Jerman. Sejak awal, Pelatih Joachim Loew begitu percaya diri mengedepankan skema ini bersama pemain-pemain mudanya. Miroslav Klose sangat dimanjakan oleh pergerakan Lukas Podolski, Mesut Oezil, dan Thomas Mueller. Di belakangnya, Sami Khedira dan Bastian Schweinsteiger bertindak sebagai gelandang bertahan.
Yang perlu dicatat dari penampilan Jerman ini adalah sikap mereka yang reaktif terhadap permainan lawan. “Der Panzer” seolah hanya menunggu kesempatan menyerang balik karena trio Podolski, Oezil, dan Mueller sangat efektif saat merangsek musuh. Ketika barisan penyerang mulai macet, gelandang bisa membantu memecah kebuntuan seperti dilakukan Schweinsteiger saat melawan Argentina.
Jerman sungguh apes karena di semifinal mereka menghadapi musuh alot, Spanyol. Di laga inilah, Spanyol yang tadinya memainkan Fernando Torres dan David Villa dengan pola 4-4-2 justru berubah meniru Jerman dengan 4-2-3-1. Hilangnya Fernando Torres dari daftar starter membuat Villa menjadi target man.
Spanyol dengan gaya tiki taka ala Barcelona tidak kaku menerapkan formasi lima pemain tengah ini. Xavi Hernandez dapat tetap di belakang, sementara Andres Iniesta dan Pedro Rodriguez lebih ke depan dan membentuk skema 4-2-1-3, hampir mirip dengan 4-3-3 milik Barcelona.
Satu hal yang menjadi kekurangan Spanyol adalah sedikitnya jumlah gol yang mereka koleksi. Akan tetapi, Spanyol pun beruntung karena prioritas ball possession yang mereka mainkan membuat lawan sulit pula mendapatkan gol. Pada akhirnya, kesabaran Spanyol mengocok posisi lawan bisa menimbulkan celah di pertahanan seperti ketika menghadapi Jerman dan Belanda.
Belanda juga memakai dua pemain bertahan sebagai penyambung lini belakang dan bertahan. Tugas itu diserahkan kepada kapten Bayern Muenchen, Mark van Bommel, dan gelandang Manchester City, Nigel De Jong. Dirk Kuyt, Wesley Sneijder, dan Arjen Robben memilih berada di belakang Robin van Persie.
Sayangnya, “De Oranje” tidak berani memainkan sepak bola menyerang ala total football seperti yang diperagakan Johan Cruyff dkk di era 1970-an. Pelatih Bert van Marwijk lebih suka memakai gaya pragmatis yang disebutnya “bermain jelek”.
Selain mereka, hampir semua benua memiliki tim dengan formasi ini. Ghana memampatkan lima gelandangnya di lapangan tengah untuk menyongkong Asamoah Gyan sebagai satu-satunya striker. Asia juga mengejawantahkannya dalam diri Jepang. Dari Amerika Selatan, Brasil dan Argentina juga menggunakan taktik ini.
Bagaimana dengan pola 4-4-2? Dua tim yang cinta mati dengan formasi ini adalah Inggris. Italia juga sempat memakai cara ini, tapi tetap tak bisa menaklukkan Selandia Baru. Yang cukup beruntung dengan formasi ini adalah Uruguay, yang akhirnya menempati peringkat keempat.

Berbagai Macam Formasi

Taktik yang biasa dipakai oleh klub-klub sepak bola adalah sebagai berikut:
  1. 4-4-2 (klasik: empat pemain belakang/skipper)
  2. 4-4-2 (dengan dua gelandang sayap)
  3. 4-4-1-1 (2 pasang gelandang sayap,satu gelandang serang dan striker tunggal)
  4. 4-2-4 (2 sayap)
  5. 4-3-2-1 (3 pemain gelandang tengah,2 gelandang serang,dan striker tunggal)
  6. 4-3-1-2 (4 bek,3 gelandang bertahan,1 penyerang lubang,2 striker)
  7. 4-5-1 (4 bek,2 sayap,3 gelandang,1 striker)
  8. 4-3-3 (4 bek,3 gelandang bertahan,2 striker sayap,1 striker tengah)
  9. 4-2-3-1 (2 bek tengah,2 bek sayap, 2 winger,1 penyerang lubang,1 striker)
  10. 4-3-3 (2 bek sayap,2 bek tengah,2 sayap,1 gelandang bertahan,3 striker tengah)
  11. 4-1-4-1 (4 bek,1 gelandang bertahan,4 gelandang,1 striker)
  12. 3-4-3 (dengan winger)
  13. 3-5-2 (dengan libero/sweeper)
  14. 3-5-2 (tanpa libero/sweeper)
  15. 3-6-1
  16. 5-4-1
  17. 5-3-2 ( 3 striker,2striker sayap, 3 gelandang , 2 bek )

Kamis, 24 Februari 2011


Pola 4-4-2 Atacking



Makna Posisi Dalam Sepak Bola
Dalam sepakbola, posisi itu ibarat rumah. Tidak harus seseorang selalu berada di rumahnya. Untuk keperluan-keperluan tertentu, ia kadang harus keluar rumah. Meski demikian, setiap hari ia harus selalu pulang ke rumahnya. Demikian pula posisi dalam sepakbola. Tidak berarti bek kiri harus selalu berada di sebelah kiri dan di belakang para pemain yang lainnya. Bahkan tidak selalu pemain sisi kanan harus selalu dan setiap saat berada di sisi kanan. Keluarnya seorang pemain dari posisinya disebut sebagai ‘out of position’ (diluar posisi).
Namun perlu diingat, seorang bek kiri meskipun kadang-kadang berada diluar posisinya namun ia adalah pemain yang harus paling sering berada dalam posisi aslinya. Jika tidak demikian, tidak perlu ada penetapan posisi dong. Lebih dari itu, posisi adalah tanggung jawab. Pemain di lapangan ibarat penjaga rumah. Jangan sampai ada maling atau perampok memasuki rumah kita sementara rumah kita sedang kosong tak terjaga karena kita tidak sedang ada di rumah. Bisa-bisa rumah kita dijarah atau bahkan dibakar habis!
Elemen-Elemen Dalam Serangan
Berikut ini elemen-elemen serangan dalam sepakbola. Pertama, umpan biasa. Maksudnya adalah umpan bola bawah, yang merupakan elemen yang paling dominan dipakai dalam membangun serangan. Untuk menjamin sebuah serangan yang kuat dan tak terpatahkan, umpan-umpan harus dilakukan dengan lugas, tegas, dan akurat. Para pemain harus bergerak secara dinamis untuk mencari ruang dan melepaskan diri dari bayangan lawan, agar bisa terus melakukan umpan dari satu pemain ke pemain yang lainnya.
Kedua, umpan satu dua (one-two pass, wall pass). Ini adalah satu kombinasi umpan, yang biasanya mengejutkan dan tidak terantisipasi oleh lawan. Umpan-umpan satu dua yang dilakukan di daerah pertahanan lawan seringkali mampu menembus barikade pertahanan lawan yang sangat kuat sekalipun.
Pola 4-4-2 memang hanya memiliki 2 forward, namun tidak berarti bahwa tim dengan pola ini hanya menyerang dengan 2 orang di lini depan. Dalam pola 4-4-2, outside midfielder atau outside back (jika melakukan overlap) bisa maju ke lini depan. Dengan demikian, akan terdapat 4 orang penyerang sekaligus. Untuk itulah pola 4-4-2 adalah pola yang berubah menjadi 2-4-4 ketika menyerang. Belum lagi jika ditambah dengan majunya salah satu center midfielder persis di belakang kedua forward – dan ketika itu disebut sebagai offensive midfielder – maka akan terdapat 5 orang penyerang sekaligus. Luar biasa bukan?


Teknik Bertahan 1 VS 2
Bertahan 1 vs 2 artinya bertahan yang dilakukan oleh 1 orang defender menghadapi 2 orang penyerang. Kondisi 1 vs 2 memang tidak pernah diinginkan, karena dalam kondisi tersebut jumlah penyerang lawan lebih banyak daripada jumlah defender kita. Namun pada saat-saat tertentu, misalnya ketika para pemain terlambat turun, kondisi 1 vs 2 bisa terjadi.
Dalam kondisi 1 vs 2, defender jangan langsung mem-pressure pembawa bola. Ini sangat berbahaya, karena dengan sekali gocek saja pembawa bola tersebut bisa mengumpankan bolanya kepada penyerang yang lainnya. Jika itu terjadi, penyerang yang baru saja menerima umpan tersebut sudah pasti hanya tinggal berhadapan satu lawan satu dengan kiper kita. 
Taktik Individual Bertahan
Strategi bertahan sebagus apapun tidak akan banyak berguna jika tidak didukung oleh taktik individual yang bagus dari para pemainnya. Setiap pemain harus mengetahui dan terlatih bagaimana secara individual masing-masing dari mereka bisa bertahan.
Pertama-tama yang harus dilakukan oleh setiap pemain dalam bertahan adalah berusaha untuk memotong umpan (passing) yang dilakukan oleh lawan. Jika ini tidak bisa, hal yang harus dilakukan tergantung pada posisi pemain lawan yang sedang menerima umpan.
Pergerakan ''Ready for cross''
Dalam pola 4-4-2, bagaimanapun juga, melepas crossing (umpan silang) adalah salah satu kartu truf untuk bisa mencetak gol. Kita semua tentunya mengetahui persentase gol yang dihasilkan dari crossing cukuplah besar. Hanya saja, harus dipahami bahwa bola crossing selalu bersifat ‘fifty-fifty’. Untuk bisa mengubah cross menjadi gol, barisan penyerang kita harus menang berduel dengan barisan pertahanan lawan.
Bagaimana Menyerang Pada Pola 4-4-2 ?(bagian 1)
Karena sifatnya yang demikian, ketika sebuah crossing hendak dilepaskan, barisan pemain yang akan menyambut bola crossing haruslah betul-betul siap di depan gawang. Disamping itu, para pemain penyambut bola cross inipun harus betul-betul berkualitas, handal dalam memenangkan bola-bola crossing. Jika tidak, seperti yang sering saya lihat, bola-bola crossing terasa sia-sia dan bahkan terkesan buang-buang bola saja. Kenapa saya bilang buang-buang bola? Karena ketika bola belum di-cross, bola itu sepenuhnya (100%) masih ada dalam penguasaan kita. Dengan melepas crossing, bola tersebut berubah menjadi bola 50%-50%, yang kemudian bisa menjadi milik kita atau milik lawan.
Formasi 4-4-2 terdiri dari 4 pemain lini belakang (back), 4 pemain lini tengah (midfielder), dan 2 pemain lini depan (forward). Keempat back masing-masing adalah 2 center back, left back dan right back. Sementara di lini tengah terdapat 2 center midfielder, left midfielder, dan right midfielder.
Kedua center back boleh maju sampai paling jauh ke garis tengah lapangan. Dengan maju hanya sampai garis tengah, tim kita masih bisa berlindung pada aturan offside. Adapun jika center back maju melebihi garis tengah lapangan, tim kita menjadi tidak aman terhadap serangan balik lawan karena mereka tidak terkena aturan offside ketika bola masih berada di lapangan mereka sendiri. Meski demikian, pada saat-saat tertentu center back boleh maju sampai ke depan gawang, misalnya saat tim melakukan sepak pojok. Itupun setelahnya harus segera kembali ke tempat semula.
Dimana Mulai Menekan Bola
Salah satu hal penting yang tidak boleh lupa untuk diinstruksikan kepada para pemain di lapangan adalah dimana mereka mulai menekan bola ketika lawan menguasai bola. Dalam hal kapan mulai menekan bola, ada tiga opsi yang bisa dipilih: 1) menekan bola semenjak bola tersebut berada di daerah pertahanan lawan, 2) menekan bola semenjak bola memasuki sepertiga tengah lapangan, dan 3) menekan bola ketika bola sudah memasuki daerah pertahanan kita. Untuk diketahui, lapangan sepakbola bisa dibagi menjadi 3 daerah: 1/3 yang terdekat dengan gawang kita disebut daerah pertahanan kita, 1/3 yang ditengah disebut sebagai 1/3 tengah lapangan, dan 1/3 yang terjauh adalah daerah pertahanan lawan.
Cara Bertahan Dalam Zonal Defence 4-4-2
Dalam tim yang baik, bertahan tidak hanya dilakukan oleh pemain belakang saja. Semua pemain harus ikut bertahan setiap kali tim kehilangan bola, sebagaimana pula semua pemain harus ikut menyerang ketika tim menguasai bola. Sebelum memasuki lapangan, pelatih harus menetapkan terlebih dahulu dimana tim akan mulai menekan lawan ketika mereka menguasai bola.
Selebihnya, tim kita harus memahami bagaimana cara bertahan. Dalam zonal defence, berturut-turut yang menjadi acuan adalah BOLA, lalu TEMAN, dan baru kemudian LAWAN. Pertama-tama, semua pemain harus memperhatikan dimana posisi bola. Mengapa demikian? Karena: 1) semua pemain harus bergerak secara serempak ke arah bola, dan 2) tim harus membentuk ball-pressure-triple (segitiga tekanan pada bola).